Badai matahari adalah isu yang meluas akhir-akhir ini. Banyak orang mencemaskannya, bahkan menganggapnya sebagai akhir dunia. Tetapi, apakah badai matahari itu? “Badai matahari” (solar storm) pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan “semburan matahari” (solar flare). Jika kekuatan semburan matahari atau solar flare ini besar, maka akan disebut sebagai badai matahari (solar storm).
Semburan matahari adalah saat dimana ada
“titik cerah” atau “ledakan energi” di atas permukaan matahari. Para
ahli menyatakan bahwa titik cerah ini ditafsirkan sebagai pelepasan
energi yang sangat besar (hingga 6×1025 joule , sekitar 1/6 output total
energi matahari per detik). Ledakan ini menyemprotkan awan elektron,
ion, dan atom melalui korona ke ruang angkasa. Jika cukup besar, maka
awan tersebut akan mencapai bumi dalam satu atau dua hari.
Pada
peristiwa ini, ketika media plasma di permukaan matahari ‘terpanggang’
hingga jutaan derajat celcius, media plasma tersebut akan ‘pecah’ dan
meluncurkan berbagai partikelnya (elektron, proton, ion) dengan
kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Lontaran energi ini bisa
menghasilkan radiasi sinar pada seluruh spektrum elektromagnetik, dari
gelombang radio biasa, sinar-x, hingga sinar gamma. Jarang sekali
lontaran energi yang berbentuk gelombang ini dapat dilihat dengan mata
telanjang, di butuhkan berbagai peralatan khusus untuk mengamatinya.
Sinar-X dan radiasi UV yang dipancarkan oleh badai matahari ini dapat
mencapai ionosfer bumi dan mengganggu komunikasi radio, radar, internet,
dan perangkat lain yang beroperasi dengan menggunakan gelombang. Ia
tidak menimbulkan ‘badai’ dalam arti yang sesungguhnya (hujan, angin
tornado, dan sebagainya).
Solar flare pertama kali diselidiki oleh
Richard Christopher Carrington dan independen oleh Richard Hodgson pada
tahun 1859. Frekuensi terjadinya badai matahari sangat bervariasi, dari
sekali seminggu hingga beberapa kali sehari, mengikuti siklus 11-tahun
(siklus matahari).
Badai Matahari: Apakah Berbahaya?
Berbahaya atau tidaknya badai matahari
sangat tergantung dari kekuatannya, tetapi yang jelas, ia hanya
mengakibatkan berbagai kerusakan atau gangguan pada peralatan berbasis
frekuensi saja.
Badai
matahari yang paling kuat yang pernah diamati terjadi pada tanggal 1
September 1859, dan dilaporkan oleh astronom Inggris Richard Carrington
dan Richard Hodgson. Peristiwa ini dinamai “Solar Storm 1859″ atau
“peristiwa Carrington”. Badai ini dapat terlihat oleh mata telanjang
(dalam cahaya putih), dan menghasilkan aurora yang menakjubkan di daerah
tropis seperti Kuba atau Hawaii. Peristiwa ini dilaporkan menyebabkan
banyak alat telegraf waktu itu mati. Badai matahari tersebut juga
meninggalkan jejak pada es di Greenland dalam bentuk nitrat dan
berilium-10.
Di zaman modern, badai matahari besar
pernah terjadi pada 4 November 2003, kemudian juga terjadi pada tanggal 2
April 2001 (X20), 28 Oktober 2003 (X17.2 & X10), 7 September 2005
(X17), 17 Februari 2011 (X2), 10 Agustus 2011 (X6.9), serta yang terjadi
pada awal tahun 2012 ini.
Yang perlu diwaspadai dari badai matahari pada jaman modern di mana perkembangan iptek
sangat maju ini adalah justru karena tidak berfungsi atau rusaknya
berbagai sarana komunikasi, terutama yang berada di luar angkasa seperti
satelit. Rusaknya alat-alat komunikasi ini tentunya akan mengakibatkan
kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Jaringan internet dan telepon yang
terputus selama beberapa hari dan smartphone yang tidak berfungsi normal, tentunya membuat manusia modern menjadi sulit berhubungan apalagi saling terkoneksi dengan situs jejaring sosial. Hal ini tentunya akan mengakibatkan kacaunya dunia bisnis dan komunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar